SUGENG RAWUH

SELAMAT DATANG DI BLOG GAMIS SYAR-I ABU MAA'AL

Jumat, 23 Desember 2011

BEBAN BERAT PELAKU DOSA

Ibnu Abbas mengatakan,
“Wahai pelaku dosa
Jangan merasa aman dari akibat buruk berbuat dosa
Karena yang mengikuti dosa bisa lebih besar dari perbuatan dosa
Sedikitnya rasa malumu kepada orang yang berada di kanan kirimu ketika berbuat dosa
Lebih berat dari dosa perbuatanmu
Tertawamu sementara kamu tidak tahu apa yang Allah lakukan padamu..
Lebih berat dari dosa
Kegembiraanmu ketika berbuat dosa
Lebih berat dari dosa
Rasa sedihmu ketika terluput dari dosa
Lebih berat dari dosa
Rasa takutmu kepada angin yang akan membuka pintumu ketika berbuat dosa
Sedangkan hatimu tidak merasa takut dari pengawasan Allah..
Lebih besar dari dosa yang kamu lakukan
(Sifatu As-Shofwah 1:383, lihat Mawa’idz Shohabah, Hal. 358)
Artikel www.cintasunnah.com

Sunnah Dan Syi'ah, Bersandingan ? Mustahil

SUNNAH & SYI'AH, BERSANDINGAN ? MUSTAHIL


Oleh
Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA


Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antar semua aliran yang ada. Hanya saja, seruan tersebut sering kali kurang direncanakan dengan baik, sehingga tidak menghasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan merapatkan barisan yang terbukti tidak efektif ialah upaya merapatkan barisan Ahlus Sunnah dengan sekte Syi’ah, dengan menutup mata dari berbagai penyelewengan sekte Syi’ah. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan seluruh keberhasilan yang telah dicapai umat Islam selama ini. Karena itu, melalui tulisan ringkas ini, saya ingin sedikit menyibak tabir yang menyelimuti sekte Syi’ah. Dengan harapan, kita semua dapat menilai, benarkah Ahlus sunnah memerlukan konsolidasi dengan mereka?

Taqiyah, Topeng Kemunafikan Kaum Syi'ah

TAQIYAH, TOPENG KEMUNAFIKAN KAUM SYIAH


Oleh
Ustadz Abu Minhal



TAQIYAH, RUKUN AGAMA SYIAH
Akidah taqiyah termasuk akidah Syiah yang menyelisihi Islam. Akidah ini menempati kedudukan yang tinggi dalam agama mereka. Menurut mereka, para nabi dan rasul pun diperintahkan untuk melakukannya.

Ulama Syiah telah menjelaskan definisi taqiyah ini. al-Mufîd dalam Tash-hîhul I’tiqâd berkata: “Taqiyah adalah merahasiakan al-haq (keyakinan Syiah, red) dan menutupi diri dalam meyakininya, berkamuflase di hadapan para penentang (orang-orang yang berseberangan dalam keyakinan) dan tidak mengusik mereka dengan apa saja yang akan menyebabkan bahaya bagi agama dan dunia (orang-orang Syiah).

Yusuf al-Bahrâni (tokoh Syiah abad 12 H) berkata, “Maksudnya menampakkan kesamaan sikap dengan para penentang dalam apa yang mereka yakini karena takut kepada mereka.”

Al-Khumaini berkata: “Taqiyah artinya seseorang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan realita atau melakukan sesuatu yang berseberangan dengan aturan syariah guna menyelamatkan nyawa, kehormatan atau kekayaannya.” [1]

Jumat, 09 Desember 2011

Abu Bakar An-Nablusi: Teguh di Atas Sunnah Meski Dikuliti dan Disalib Penguasa Syi'ah

Sejarah telah mencatat kisah seorang ulama Ahlus sunnah yang berani dan tabah dalam menyuarakan kebenaran dan mengibarkan bendera tauhid di hadapan golongan yang kufur terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Al-Imam Abu Bakar An-Nablusi hidup semasa pemerintahan kerajaan Fathimiyah yang bermadzhab Syi’ah, berikut ini adalah kisah beliau yang begitu berani mengatakan yang haq (kebenaran) di hadapan pemerintah zhalim Syi’ah yang memerintah kala itu.
Adz-Dzhahabi menyebutkan di dalam Siyar A‘lamin Nubala’ mengenai An-Nablusi rahimahullah dengan mengatakan: “Beliau, seorang Imam panutan Asy-Syahid Abu Bakr Muhammad bin Ahmad bin Sahl Ar-Romli dan terkenal dengan sebutan Ibnu An-Nablusi.
Abû Dzar Al-Hafidz berkata, “Ia dipenjara dan disalib oleh Bani Ubaid (Syi’ah) ketika beliau berpegang teguh di atas As-Sunnah. Aku mendengar Ad-Daruquthni mengisahkan tentang beliau sembari menangis dan mengatakan: ‘Ketika dikuliti, beliau mengatakan: Semua itu telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfudh).”
Adz-Dzahabi juga bercerita bahwa Abu Bakar An-Nablusi lari berkali-kali dari kejaran penguasa Ubaidiyah, ia berkata: “Abul Faroj ibnul Jauzi berkata, ‘Jauhar Al-Qoid memanggil Abu Bakar An-Nablusi untuk menghadap kepada Abu Tamim, penguasa Mesir. Sementara Abu Bakar An-Nablusi tinggal di gubuk-gubuk. Abu Tamim berkata kepadanya: Kami mendengar bahwasanya engkau mengatakan, apabila seseorang itu mempunyai sepuluh anak panah maka harus dipanahkan kepada bangsa Romawi satu buah dan dipanahkan kepada kami sembilan buah.
Abu Bakar An-Nablusi menjawab: Aku tidak mengatakan seperti itu, akan tetapi Aku mengatakan, jika seseorang mempunyai sepuluh anak panah maka harus dipanahkan kepada kalian sembilan buah dan yang satu lagi dipanahkan kepada kalian juga karena sesungguhnya kalian telah merubah ajaran Islam, membunuh orang-orang sholih dan kalian mengaku mempunyai cahaya ilahi.
Maka Abu Tamim mempertontonkan beliau kepada masyarakat kemudian memukulinya, kemudian Abu Tamim memerintahkan seorang Yahudi untuk mengulitinya.
Ibnul Akfani berkata: Seorang hamba yang shalih dan zuhud, Abu Bakar An-Nablusi telah wafat. Dahulu ia berpendapat wajib memerangi Al Maghoribah (penguasa maghrib, banu Ubaid,-pent.). Ia melarikan diri dari Ar Romalah ke Damaskus. Maka penguasa di sana, Abu Mahmud Al Kattami menangkapnya dan mengurungnya dalam sangkar kayu, lalu mengirimnya ke Mesir. Tatkala telah sampai, mereka bertanya: Apakah Engkau orang yang mengatakan, seandainya Aku memiliki sepuluh anak panah, dan beliau menuturkan kisah seterusnya. Lalu ia dikuliti, kemudian ditimbun dengan jerami, kemudian disalib.
Ma'mar bin Ahmad bin Ziyad Ash-Shufi berkata: Ada seseorang yang tsiqqoh (terpercaya) yang memberitakan kepadaku bahwasanya Abu Bakar An-Nablusi dikuliti dari ubun-ubunnya sampai wajahnya. Dan dia tetap bersabar dan berzikir kepada Allah, hingga dikuliti sampai dadanya, kemudian orang yang mengulitinya merasa kasihan terhadapnya sehingga ia hunjamkan ulu hatinya dengan pisau, sehingga beliau pun meninggal dunia. Dan orang yang tsiqah (terpercaya) tersebut memberitakan kepadaku bahwasanya Abu Bakar adalah seorang Imam di bidang hadits dan fikih. Beliau puasa sepanjang masa, orang yang berwibawa di hadapan orang-orang awam maupun di hadapan orang-orang terkemuka.
Dan tatkala ia dikuliti, terdengar bacaan Al Qur'an dari tubuhnya. Kemudian Al Maghribi (penguasa maghrib, penguasa bani Ubaid, red.) menguasai Syam, kemudian ia menyebarluaskan pemahaman yang jelek, meniadakan shalat tarawih dan shalat dhuha, memerintahkan qunut pada shalat zuhur dan membunuh An-Nablusi pada tahun tiga. Sedangkan Abu Bakar An-Nablusi adalah seorang yang mulia, pemimpin Ar Romlah, kemudian melarikan diri, lalu ditangkap di Damaskus.
Konon, seorang pemuka yang menentangnya mengatakan kepada beliau tatkala beliau datang ke Mesir: Segala puji bagi Allah atas keselamatanmu. Abu Bakar An-Nablusi menjawab: Segala puji bagi Alloh atas keselamatan agamaku dan atas keselamatan duniamu. Saya (Adz Dzahabi) katakan: Ajaran Islam yang diputarbalikkan oleh orang-orang Ubaidiyyah tidak dapat digambarkan. Mereka menguasai Maroko, kemudian Mesir dan Syam, dan mereka mencela sahabat.
Ibnus Sa'sa' Al Mishri menuturkan, bahwasanya ia bermimpi bahwa Abu Bakar bin An-Nablusi setelah disalib dalam kondisi yang sangat baik. Ia bertanya kepada Abu Bakar An-Nablusi: Apa yang Allah lakukan terhadap dirimu? Abu Bakar An-Nablusi menjawab:
Rajaku menganugerahkan kepadaku kemuliaan yang abadi…
Dan menjajikan kepadaku kemenangan yang tidak lama lagi …
Dan Ia mendekatkan diriku kapada-Nya …
Dan Ia berfirman: Berbahagialah hidup di sisi-Ku …
(Dikutip Dari Kitab Qishashun Tarikhiyyatun lil Mathlubiin karya Asy-Syaikh Al Mujahid Abu Jandal Azdi). [ahmedwidad/voa].